Latest Post

Learning Organization dan E-Government

Perubahan yang terjadi yang begitu cepat menjadi tantangan tersendiri bagi sebuah organisasi untuk dapat menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Organisasi diperhadapkan pada tantangan untuk dapat menghadapi perubahan lingkungan yang sangat cepat. Terjadinya perubahan lingkungan sebagai akibat dari adanya inovasi dalam bidang teknologi komunikasi dan bidang komputerisasi menjadikan suatu tantangan baru yang akan bersentuhan dengan prinsip-prinsip dan pedoman-pedoman manajemen yang mampu membuat organisasi lebih stabil dan dapat diprediksi, juga harus mengalami beberapa penyesuaian-penyesuaian. Oleh karena itu, maka jika organisasi ingin mempertahankan diri dan tetap sukses, maka organisasi harus mampu merespon setiap perubahan tersebut.
Organisasi baik sebagai organisasi publik ataupun organisasi bisnis harus memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan. Hal ini berarti bahwa organisasi harus memperhatikan pengaruh elemen-elemen yang dapat menyebabkan organisasi berubah. Sebagai sebuah sistem organisasi mempunyai struktur dan perencanaan yang dilakukan dengan penuh kesadaran, di dalamnya orang-orang bekerja dan berhubungan satu sama lain dengan suatu cara yang terkoordinasi, kooperatif, dan dorongan-dorongan guna mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan (Beach, 1980; Champoux, 2003). Dalam kontek ini budaya belajar harus dikembangkan dengan asumsi inti bahwa lingkungan di mana organisasi berada harus dikelola karena sebuah organisasi akan lebih sulit melakukan proses simbiotik dalam lingkungan yang lebih bergejolak. Schein (2004) berasumsi bahwa perubahan akan membuat segalanya menjadi mungkin, sehingga adaptasi organisasi terhadap lingkungan yang berubah secara perlahan juga merupakan proses pembelajaran bagi suatu organisasi.
Apabila kita membicarakan organisasi sebagai suatu sistem, berarti memandangnya terdiri dari unsur-unsur yang saling bergantungan dan di dalamnya terdapat sub-sub sistem. Sedangkan struktur di sini mengisyaratkan bahwa di dalam organisasi terdapat suatu kadar formalitas dan adanya pembagian tugas atau peranan yang harus dimainkan oleh anggota-anggota kelompoknya.
Organisasi mempunyai ketergantungan ganda terhadap lingkungannya. Produk dan jasa yang merupakan out put organisasi dikonsumsi oleh pemakai yang terdapat pada pada lingkungannya. Di pihak lain, organisasi juga mendapatkan berbagai jenis input dari lingkungannya. Posisi organisasi menjadi berbahaya jika pertukaran input dan out put ini menjadi tidak seimbang. Input yang diperlukan oleh organisasi  sering kali sumbernya ikuasai oleh organisasi lain yang terdapat di lingkungannya, sehingga organisasi terpaksa mempunyai ketergantungan sumber terhadap lingkungannya. Jika tingkat ketergantungan ini tidak terlalu besar, seperti yang terjadi pada lingkungan Tenang-Acak, maka organisasi tidak perlu terlalu memperhatikan  lingkungannya dan dapat memusatkn pehatianny terhadap kegiatan produksi. Tetapi, jika ketergantungan ini sangat besar, organisasi perlu beradaptasi terhadap ketergantungan tersebut dan melakukan tindakan-tindakan yang sesuai untuk menguranginya. Terdapat dua cara adaptasi yang dapat dilakukan oleh organisasi. Cara pertama adalah melalui perubahan internal, yaitu dengan menyesuaikan struktur internal organisasi, pola kerja, perencanaan, dan aspek internal lainnya, trhadap karakteristik lingkungan. Cara kedua adalah dengan berusaha untuk menguasai dan mengubah kondisi lingkungan sehingga menguntungkan bagi organisasi.
Pengaruh lingkungan terhadap organisasi tersebut sebenarnya menjadi dasar filosofis perlunya perubahan organisasi. Jika pengaruh tersebut muncul sebagai akibat dari perkembangan Teknologi komunikasi misalnya  yang sebenarnya telah diakui sebagai elemen penting yang tidak hanya secara langsung berpengaruh terhadap prilaku organisasi tetapi juga terhadap organisasi secara keseluruhan maka perubahan dan pengaruh tersebut harus memperoleh respon dari organisasi. Penerapan teknologi informasi baru (TI) telah diakui sebagai intervensi yang dapat menyebabkan perubahan organisasi ( Orlikowski dan Robey , 1991) . Disinilah pentingnya sebuah organisasi untuk melakukan proses belajar agar organsiasi tersebut dapat beradaptasi dengan ketidakpastian baru dalam rangka mencapai manfaat perubahan diantisipasi ( Argyris , 1977; Gregor , 2006; Robey dan Sahay , 1996) . Misalnya , penerapan desain dibantu komputer dan manufaktur ( CAD / CAM ) sistem membutuhkan insinyur untuk secara kolektif mempelajari modus baru komunikasi , sehingga dapat menuai manfaat sistem ' memperpendek pengembangan produk waktu siklus (Black et al . , 2004 ) .
Pengaruh teknologi informasi di era globalisasi tidak bisa dipungkiri adanya di mana proses globalisasi yang berjalan begitu cepatnya disebabkan karena revolusi informasi yang berdampak pada perubahan cara berpikir (mindset) ataupun berperilaku (behaviour) pada organisasi. Saat ini sudah mulai banyak dari organisasi yang mengembangkan sistem informasi yang terintegrasi yang jika diaplikasikan dengan baik, maka akan dapat memberi dampak dan menghasilkan nilai tambah (added value) bagi organisasi itu sendiri. Sistem informasi yang digunakan misalanya melalui penggunaan eGovernment, dimana sistem ini dirancang dan dibuat untuk mendukung interaksi antara Pemerintah dan masyarkat, serta dunia bisnis untuk menciptakan efisiensi dan efektifitas kerja bagi organisasi pemerintah ataupun pemberian pelayanan terhadap masyarakat dan dunia bisnis.
E-Government sebagai salah satu bentukan baru dalam pelayanan organisasi publik kepada masyarakat adalah bentuk baru pengaruh eemen tekhnologi terhadap organisasi pemerintah. Organisasi publik telah mengakui pentingnya pembelajaran organisasi diharuskan oleh perubahan ( Mahler , 1997) seperti pengenalan teknologi baru melalui upaya e-Government . E-Government telah menjadi program prioritas lembaga pemerintah, baik di pusat maupun daerah di seluruh dunia, yang tidak hanya dipandang sebagai proyek yang menjadi trend di kalangan pemerintahan. E-Government yang dimaknai sebagai suatu bentuk penggunaan teknologi informasi (seperti Wide Area Network, Internet dan mobile computing) oleh pemerintah untuk mentransformasikan hubungan dengan masyarakat,  dunia  bisnis  dan  pihak  yang  berkepentingan (World Bank) yang berarti bahwa pemanfaatan teknologi informasi tersebut dalam rangka untuk meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Keuntungan yang diperoleh dari e-Government pada akhirnya bukan hanya sekedar menyediakan pelayanan online tetapi lebih luas daripada itu, karena kinerja sektor publik juga berkontribusi pada kemajuan ekonomi dan sosial suatu negara (Suaedi, 2010).
Di Indonesia E-Government telah diadopsi sejak tahun 2001 melalui Instruksi Presiden No. 6 Tahun 2001 tentang Telematika (Telekomunikasi,   Media   dan   Informatika)   bahwa   aparat pemerintah harus menggunakan teknologi telematika untuk mendukung good governance  dan mempercepat  proses demokrasi. Hal ini bersesuaian dengan prinsip-prinsip paradigma baru new publik manajemen dan new public service  yang mengedepankan kualitas dan mutu pelayanan pemerintah kepada masyarakat. Penegasan tentang urgensi e-Government juga didukung dengan Instruksi Presiden RI No.3 Tahun 2003 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government serta Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika  Nomor 126/M/KI/K/VI/2002 perihan Edaran Pendayagunaan Situs sebagai bentuk keseriusan pemerintah memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi di dalam proses pemerintahan.
Pada dasarnya pelaksanaan e-Government mengacu pada aplikasi strategis TI penggunaan TI untuk menyediakan informasi bagi warga negara dan organisasi untuk memperoleh layanan lebih baik, dan bagi pemerintah untuk berinteraksi dengan mitra bisnis dan transaksi secara internal (Gronlund , 2002; Tung dan Rieck , 2005). Pemanfaatan e-Goverment ini tentu sangat membutuhkan proses penyesuaian organisasi baik individu maupun kelompok dalam organisasi tersebut. Pelaksanaan inisiatif e-Government sangat membutuhkan pembelajaran besar bagi organisasi publik, yang biasanya telah dianggap sebagai entitas birokrasi dengan budaya konservatif yang tahan terhadap perubahan ( Robertson dan Seneviratne , 1995) . Hal ini juga dikaitkan dengan e-readiness e-goverment yang di dalamnya membutuhkan fase pendidikan dan latihan bagi para aparatur pemerintah agar dapat menyesuaikan diri dengan model dan bentuk aktivitas kerja yang berubah karena pemerapan e-government.  Disamping itu organisasi publik karena pelaksanaan e-government menyebabkan semakin kompleksnya perubahan sehingga diperlukan pembelajaran terkait dengan keberhasilan eGovernment .
Disamping karena adanya perubahan dari iklim kerja dan prosedur kerja sebagai akibat dari pemanfaatan IT dalam konteks e-government maka mau tidak mau organisasi harus menumbuhkan dan menyadari betul pentingnya Learning Organization agar dapat memahami dan melakukan penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi. Robey dan Boudreau ( 1999) mengemukakan empat perspektif teoritis yang relevan yang terkait dengan IT dalam rangka perubahan organisasi yaitu politik organisasi, budaya organisasi, teori kelembagaan dan organisasi belajar .
Realitas masalah yang muncul sebagaiakibat dari pelaksanaan e-government dengan learning organization maka studi ini berfokus bagaimana tingkat kesuksesan e-Government dalam rangka untuk meningkatkan efisiensi internal organisasi publik di Kabupaten Maros dengan menjalankan program learning individu dan learning organization. Berdasarkan realitas yang ada bahwa jika aparatur pemerintah dalam organisasi publik tidak memeiliki pendidikan dan latihan untuk memenuhi kompotensinya agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan organsiasi maka pelaskanaa e-government tidak dapat berjalan dengan baik.

 

Teori Lewis: Perkembangan Ekonomi dan Penawaran Tenaga Kerja

Tenaga Kerja
TEORI LEWIS: PERKEMBANGAN EKONOMI DAN PENAWARAN TENAGA KERJA YANG TIDAK TERBATAS.

Dalam pendahuluan analisisnya Lewis menyatakan tujuan dari teori mengenai proses pembangunan yang khusus diperuntukkan bagi negara yang menghadapi masalah kelebihan tenaga kerja. Ia menyatakan ketidakpuasannya terhadap teori yang berkembang sesudah masa ahli-ahli ekonomi Klasik (ahli ahli ekonomi yang membuat analisis di antara bagian kedua abad ke-18 hingga bagian kedua abad ke-19), yaitu teori Neo-Klasik dan general teory-nya Keynes, karena kedua teori tersebut tidak sesuai dengan keadaan yang ada di negara berkembang. Analisis Neo-Klasik bertolak dari pandangan bahwa penawaran tenaga kerja dalam masyarakat tidak berlibihan. Sedangkan analisis Keynes bertolak dari anggapan bahwa bukan saja terdapat penawaran tenaga kerja yang berlibih, tetapi juga tanah yang tersediah dan kapasitas memproduksi jumlahnya tidak terbatas. Keadaan ini bertentangan dengan keadaan yang tedapat di negara berkembang. Lewis mengnggap di banyak negara berkembang terdapat tenaga kerja yang berlebih, akan tetapi sebaliknya menghadapi masalah kekurangan modal, dan kelusan tanah yang belum digunakan sangat terbatas.

Masalah Kelebihan Tenaga Kerja

Lewis tidak menyangkal bahwa beberapa negara berkembang, seperti di negara-negara  Afrika dan Amerika Latin, terdapat masalah kekurangan tenaga kerja. Akan tetapi di banyak negara berkembang lainnya, India, Mesir, Jamaika, dan negara kita sendiri, terdapat tenaga kerja yang berlebih. Di negara ini jumlah penduduk tidak seimbang jika dibandingkan modal dan kekayaan alam yang tersedia, dan sebagai akibat dari keadaan ini terdapat kegiatan-kegiatan ekonomi yang produktivitasnya sangat kecil, atau nol. Maka apabila sebagian dari pekrja dalam kegiatan tersebut dipindahkan ke kegiatan lain, produksi dalam sektor yang pertama tidak akan menurun. Di sektor pertanian, tanah yang dimiliki kebanyakan petani luasnya sangat terbatas sehingga sebagian anggota keluarga dapat bekerja pada kegiatan lain tanpa mengurangi produksi keluarga tersebut. Juga di beberapa jenis kegiatan jasa terdapat pekerjaan-pekerjaan yang dikerjakan oleh jumlah pekrja yang melebihi daripada yang sebenarnya diperlukan.
Kelebihan tenaga kerja tersebut merupakan pengangguran terselubung yang dapat dialihkan dan digunakan sektor lain tanpa mengurangi produksi di sektor di mana pada mulanya para penganggur  tersebut barada. Selain itu masih terdapat beberapa sumber lain untuk tambahan tenaga kerja yang diperlukan oleh sektor yng berkembang, yaitu: kaum wanita yang bekerja dalam keluarga atau rumah tangganya sendiri, pertambahan penduduk dari masa ke masa, dan pengangguran baru yang diciptakan oleh pertambahan efisiensi. Sumber-sumber tenaga kerja ini memungkinkan negara yang menghadapi masalah kelebihan penduduk mengembangkan industi-industri baru dan kegiatan-kegiatan ekonomi baru lainnya tanpa mengalami kekurangan tenaga kerja yang tidak terdidik. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa penawaran tenaga kerja tidak terbatas. Pada mulanya akan dihadapi masalah kekurangan tenaga kerja terampil dan terdidik, tetapi dalam jangka panjang hal ini dapat diatasi dengan memperluas pendidikan. Dengan demikian hambatan pembangunan yang terutama adalah kekurangan modal dan kekayaan alam yamg terbatas.

(Disadur dari Buku Sukirno, 2006)

 

Audit Manajemen Strategis Eksternal

Audit Manajemen Strategis Eksternal
Pada bagian ini akan diuraikan beberapa hal yang terkait dengan proses pelaksanaan penilaian eksternal dalam proses pengambilan keputusan stratejik yang biasa disebut audit ekternal atau pemindaian lingkungan (enviromental ekternal). Audit ekte rnal berfokus pada upaya identifikasi dan evaluasi tren dan kejaidan  yang berada diluar kendali sebuah perusahaan.
Tujuan audit ekternal adalah untuk mengembangkan sebuah daftar terbatas  dari peluang yang dapat menguntungkan sebuah perusahaan dan ancaman yang harus di hindari. Jadi audit Ekternal tidak  bertujuan untuk mengembangkan  sebbuah daftar lengkap  dan menyeluruh dari setiap faktor yang mempengaruhi bisnis  melainkan untuk menawarkan beberapa variabel yang perlu mendapat respon dengan segera. Perusahaan harus mampu merespon baik secara opensif maupun defensif terhadap berbagai faktor tersebut dengan merumuskan strategi untuk dapat mengambil keuntungan daripeluang eksternal atau meminimalkan dampak ekternal.
Menjalankan audit manajemen strategis eksternal
Proses melakukan audit ekternal harus melibatkan sebanyak mungkin manajer dan karyawan agar dapat mengarahkan komitmen dan pemahaman yang sama dalam proses manajemen strategis. Untuk melakukan audit ekternal terlebih dahulu harus mengumpulkan intelejen kompetitif dan informasi mengenai berbagai tren ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum dan tekhnologi. Orang dapat diminta untuk memonitoring  beragam sumber informasi seperti jurnal, majalah dan surat kabar penting. Setelah terkumpul termasuk informasi melalui internet sebagai pemasok informasi tercepat dan penting kemudian dilakukan penyesuaian dan evaluasi melalui rapat untuk mengidentifikasi peluang  dan ancaman terpenting yang dihadapi perusahaan. Dilakukan pemeringkatan skala prioritas dalam bentuk daftar mulia dari yang paling signifikan sampai pada urutan yangtidak signifikan.
Freud menekankan identifikasi pada faktor-faktor eksternal tersebut harus (1) penting untuk mencapai tujuan jangka panjang dan tahunan, (2) terukur, (3) bisa diterapkan untuk semua perusahaan saingan dan (4) hierarkis. Daftar akhir dari faktor-faktor ekternal yang paling penting harus dikomunikasikan dan disdistribusikan secara luas dalam organisasi. Baik peluang maupun ancaman dapat menjadi faktor ekternal utama.
10 kekuatan  ekternal utama yang memengarui organisasi
Terdapat 10 kekuatan ekternal yang mempengaruhi suatu organisasi yaitu:
Kekuatan Ekonomi.
Faktor ekonomi memiliki dampak langsung terhadap daya tarik potensial dari beragam strategi. Beberapa variabel yang sering kali mempresentasikan peluang dan ancaman bagi organisasi di Amerika Serikat di ataranya adanya pergeseran jasa di AS, ketersediaan kredit, tingkat pendapatan yang bisa dikeluarkan, tingkat suku bunga, tingkat inflasi, tingkat pasar uang dan sebagainya. Faktor tersebut mempengaruhi kegiatan ekspor import, pergeseran permintaan barang dan jasa, fluaktuasi harga dan sebagainya. Tren perubahan nilai dolaar AS memiliki pengaruh signifikan dan sangat besar terhadap perusahaan dari berbagai industri dan lokasi yang berbeda. Penurunan nilai dollar AS mempengaruhi industri farmasi, pariwisata, hiburan, kendaraan bermotor dll.
Kekuatan Sosial, Budaya, Demografi, dan Lingkungan, 
Perubahan sosial budaya, demografi sosial dan linkungan  memiliki dampak besar atas hampir semua produk jasa, pasar dan konsumen. Organissi kecil, besar dan nirlaba di semua industri dikejutkan dan ditantang oleh peluang dn ancaman yang muncul akibat pengaruh perubahan sosial, budaya, demografi dan lingkungan. Hal ini karena tren sosial budaya demografis dan lingkungan membentuk cara hidup, bekerja, memproduksi dan mengkomsumsi. Tren itu menciptakan konsumen yang berbeda pola hidup yang berubah menjadikan organisasi dan perusahaan harus merubah orientasi dan strateginya. Beberapa variabel sosial budaya, demografis dan lingkungan  yang penting di ataranya adalah tingkat kehamilan, sikap terhap waktu luang, jumlah perkawinan sikap terhadap bisnis, program sosial, sikap terhadap kerja polusi udara, menipisnya lapisan ozon spesies yang terancam punah dan sebagainya.
Kekuatan Politik, Pemerintahan, dan Hukum 
Pemerintah baik pusat dan daerah merupakan pejaba pembuat regulasi, deregulasi, pemberian kerja, penyubsidi dan konsumen utama organisasi. Faktor politik pemerintah dan hukum karenanya dapat mempresentasikan peluang dan ancaman baik bagi organisasi kecil maupun besar. Untuk industri yang sangat tergantung pada kontrak atau subsidi pemerintah, ramalan politik bisa menjadi bagian penting dari audit eksternal. Untuk industri perusahaan yang sanagat tergantung pada kontrak atau subsidi pemerintah, ramalan politik bisa menjadi bagian penting dari audit eksternal. Perubahan-perubahan dalam hukum paten, undang-undang antitrust (undang-undang yang menentang penggabungan industri-industri), tarif pajak, dan aktivitas lobi dapat memberi pengaruh informasi yang sangat bagus.
Undang-undang, badan pembuat peraturan dan kelompok kepentingan khusus dapat memberi dampak yang besar terhadap strategi dari organisasi kecil, besar, laba dan nirlaba. Banyak perusahaan telah merubah danmeninggalkan strategis lama karena aksi politis atau pemerintahan. Beberapa variabel politik, pemerintahan dan hukum yang dapat mempresentasikan peluang atau ancaman bagi organisasi seperti regulasi atau deregulasi pemerintah, perubahan dalam undang-undang perpajakan, tarif khusus, komisi tindakan politis, tingkat partisipasi pemilih uandang-undang perlindungan alam, tingkat subsidi pemerintah dan perundangan-undangan ati trust.
Kekuatan Teknologi
Perubahan dan penemuan teknologi yang revolusioaner memiliki dampak yang dramatis terhadap organisasi. Kemajuan superproduktivitas yang meningkatkan daya produk elektrik dengan mengurangi resistensi pada arus berevolusi pada operasi bisnis, khususnya dalam industri transportasi, perawatan kesehatan, kelistrikan dan komputer. Internet bertindak sebagai mesin ekonomi nasional dan global yang memacu pertumbuhan, sebuah faktor yang  sangat penting dalam kemampuan negara untuk meningkatkan standar hidup, dan membuat perusahaan mampu menghemat milliaran dollar biaya ditribusi da transaksi dari penjualan langsung kesistem swalayan. Internet mengubah hakikat terdalam dari peluang dan ancaman dengan mengubah siklis hidup, kreditor, produk, meningkatkan kecepatan distribusi, menciptakan produk jasa baru dengan menghapuskan batas-batas geografis tradisional dan mengubah pengimbangan historis antara stadarisasi produk dan fleksibilitas. Internet mengubah skala ekonomi dan menegaskan kembali hubungan antara industri dengan pemasok konsumen dan pesaing. Kekuatan teknologi mepresentasikan peluang dan ancaman yang harus dipertimbangkan dalam perumusan strategi.
Pada prakteknya keputusan-keputusan penting menyangkut teknologi sering didelegasikan ketingkat organisasional yang lebih rendah atau dibuat tanpa pemahaman yang baik mengenai implikasi strategisnya. Bagi para penyusun strategiindustri yang sangat terpengaruh oleh perubahan teknologi yang cepat diidentifikasi dan dievaluasi peluang serta ancaman tekhnologi bisa merepresentasikan bagian terpenting dari audit teksternal.
Kekuatan Kompetitif
Bagian penting dari audit ekternal termasuk adalah melakukan indentifikasi terhadap perusahaan pesaing dan menetukan kekuatan, kelemahan, kapabilitas, peluang, ancaman tujuan dan strategi mereka. Meskipun melakukan hal ini tidak selalu mudah karena banyak perusahaan multidvisional tidak memberikan informasi penjualan dan laba menurut divisi karena alasan kompetitif. Selain itu perusahaan jarang menerbitkan informasi keungan dan pemasaran.
Dalam melakukan audit ekternal terhadap kekuatan kompetitif perlu menjawab beberapa pertanyaan penting seperti; apakah kekuatan dan kelemahan pesaing anda?, apakah tujuan dan strategi pesaiang utama anda? Bagaimana mereka merespon kondisi ekternal, apa alternatif strategi mereka?, sampai pada pertanyaan sejauh mana produk tersebut dapa tmenjadi ancaan dalam persaingan industri ini?. Secara ringkas terdapat tujuh karakteristik utama untuk mengetahui pesaing perusahaan yaitu (1) Pangsa pasar, (2) Jenis Bisnis, (3) Perbaiki kualitas produk, (4) inovasi, (5) akuisisi, (6) Buat perbedaan dan (7) Tingkatkan Mutu dan kualitas untuk persaingan global.

 

Birokrasi dalam persfektif Pemerintahan

Birokrasi dalam persfektif Pemerintahan

Birokrasi dalam persfektif pemerintahan merujuk kepada sebuah prosedur-prosedur administrasi, yang di dalam terkait langsung dengan aspek institusional dan asosional. Prosedur tersebut tidak terlepas dari aspek managemen (perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, koordinasi, resolusi konflik dst) Dengan demikian birokrasi dalam persefektif ini sesungguhnya mengarah kepada bagaimana mewujudkan prosedur tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen dalam rangka pencapaian tujuan. Secara spesifik jika menilik fungsi dari birokrasi sebagai suatu prosedur penyelenggaraan dan penyelesaian tugas yang telah ditentukan dan ditetapkan oleh konstitusi. Tugas-tugas konstitusi tersebut termasuk di dalamnya adalah menyelesaikan program pembangunan, pemberian pelayanan publik dan implementasi kebijakan pemerintah.
Pandangan beberapa yang terkait dengan birokrasi dalam kaitannya dengan pemerintahan seperti dikemukakan oleh Hegel, bahwa birokrasi hendaknya memberikan pelayanan untuk memenuhi kepentingan umum, yang berarti bahwa birokrasi tidak boleh memberikan pelayanan yang hanya dapat menguntungkan sekelompok orang atau kelompok. Dalam konteks ini maka Birokrasi menjadi menjembatan jembatan penghubung antara negara, yang merefleksikan kepentingan umum dengan civil society yang bersumber dari kepentingan khusus dalam masyarakat.
Sekaitan dengan hal ini, juga dapat mengadopsi pandangan Birokrasi Rasional Weber dengan ciri impersonal, hirarki, job description, kontrak, kualifikasi profesional, upah/gaji dan disiplin. Dalam konteks pemerintahan maka birokrasi rasional weber mengedepankan kedudukan badan pemerintah yang melaksanakan fungsi-fungsi manajemen pemerintahan, penetapan kebijakan publik, bersikap netral dan profesional, melaksanakan etika birokrasi dan tata pemerintahanan yang baik (Transparansi, akuntabilitas, dan partisipatif).
Birokrasi merupakan faktor penentu utama keberhasilan keseluruhan agenda pemerintahan selain masyarakat dan swasta. Di negara dan pemerintahan manapun anggota birokrasi disebut sebagai abdi negara dan abdi masyarakat dengan predikatnya diharapkan dan dituntut untuk menampilkan perilakunya yang bersih sebagai penyelenggara pemerintah, pelaksana pembangunan dan pembina kemasyarakatan.

 
 
Support : Creating Website | Jay Template | uak sena
Copyright © 2011. Administrasi Publik - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger